Belum Tersedia Judul
Awan yang bersih, ah begitu
bahagia dirimu bisa bergerak ke sana ke mari tanpa bimbang ada yang akan
melarangmu terus berarak mengikuti angin meskipun suatu saat dirimu akan jatuh
ditelan bumi.
Tak seperti aku, terus berada dalam kamar ini seakan tubuh terkunci untuk melangkah keluar dari sini.
Tak seperti aku, terus berada dalam kamar ini seakan tubuh terkunci untuk melangkah keluar dari sini.
Lelah aku mendengar
kicauan-kicauan mulut yang menusuk hati itu seakan mereka menganggap aku tak
akan pernah mendengarnya. Selama empat tahun lamanya aku merasa terkurung di
sini, meskipun hanya keluar untuk menghirup udara kebebasan sebentar dan untuk
menjalani pendidikanku setiap senin hingga sabtu di sekolah tapi entah kenapa
hati masih terpenjara oleh rasa ketidaknyamanan akan sesuatu di tempat ini.
Dan bahkan sampai sekarang aku
masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah ini benar “tempatku” ataukah
hanya sarana yang kugunakan untuk ditinggali buat mengejar cita-citaku ke
depannya? Kurasa begitu adanya, dan seringkali aku merindukan tanah kelahiranku
di seberang laut sana, di mana aku bisa merasakan kenyamanan yang sebenarnya,
bahagia yang sesungguhnya dan tertawa selepas-lepasnya. Sungguh aku sangat
merindukan semua itu, yah walau aku tak bisa tetap tinggal di sana hanya karena
kewarganegaraan yang tertera di arte kelahiranku terpampang “daftar orang
asing”, aku juga heran kenapa bisa seperti itu.
Apakah karena kedua orang tuaku
bukan berasal dari sana? Sudahlah, aku tak tau kenapa itu bisa terjadi yang
terpenting sekarang dalam hidupku adalah mengejar cita-citaku di sini, berusaha
sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang aku inginkan dan sudah pasti aku tak
lupa akan terus berdoa pada Allah yang maha kuasa agar menguatkan aku untuk
hadapi tantangan-tantangan yang ada di depan sana. Tapi tak semua tentang
tempat ini jelek di mataku, misalnya saja di sini aku belajar bagaimana untuk
mengurus diriku sendiri tanpa bantuan orang tuaku yang berada di sana yang
sedang mencarikanku biaya untuk terus melanjutkan pendidikanku sampai aku bisa
membiayai diriku sendiri, belajar menerima omongan-omongan yang menyakitkan
hati dan terus bersabar, belajar bahwa hidup itu tak selamanya senang dan tak
selamanya susah, belajar mengetahui seperti apakah teman dan keluarga itu, dan
banyak hal yang telah aku pelajari di sini. Salah satunya yang terpenting adalah
tentang perasaan. Iya, perasaan tapi mungkin aku belum mengenal yang namanya
cinta tapi setidaknya aku tau bagaimana rasanya menyayangi seseorang itu.
Ketika aku menyayangi seorang
laki-laki yang dulunya pernah jadi kekasihku, ada rasa yang tak mampu ku
buatkan kata-kata yang sesuai untuknya, aku terus terlarut dalam rasa itu dan
setelah beberapa waktu aku lalui dengan rasa yang ada buatnya itu aku mulai
menyayanginya tanpa memperdulikan apa yang akan aku kehilangan nantinya, dan
hanya hitungan hari saja aku benar-benar telah kehilangan sesuatu yang sangat
berharga dalam hidupku. Penyesalan itu benar-benar sudah dapat kurasakan saat
ini, dan dia sudah tidak menjadi kekasihku lagi tapi aku masih berkomunikasi
dengan baik terhadapnya. Dia juga pernah mengatakan bahwa dia juga menyesal
akan hal itu tapi menurutku yah sudahlah toh semuanya telah berlalu dan tak
akan bisa kembali lagi cukuplah untukku mulai memperbaiki diri dan berusaha
sekuat tenaga untuk tidak mengulanginya lagi.
Kini dia telah memiliki kekasih
yang baru lagi, ku harap dia bisa menghormati kekasihnya itu sebagai seorang
wanita. Tak ada guna lagi untuk menyalahkan satu sama lainnya karena dengan
menyalahkan itu tak akan membuat masa lalu kembali lagi. Cerita tentang aku dan
laki-laki yang pernah menjadi kekasihku itu masih ada sampai saat ini, hanya
saja ceritanya kita berbeda tanpa adanya perasaan sayang di hatiku untuknya
lagi entah apakah telah hilang ataukah ahh sudahlah. Hampir aku lupa menulis
namanya di tulisanku ini, namanya cukup ku beritahu sebagai Agus saja. Saat ini
aku hanya ingin memfokuskan pada masa depanku meskipun menurutku kita tak
pernah akan berada di masa depan, karena
kita hanya menjalani masa sekarang saja, bukan masa lalu atau masa depan. Tapi
aku percaya masa depan itu memang ada, walau aku tak akan pernah berada di sana
karena masa depan itu sendiri suatu saat akan menjadi masa sekarang dalam
hidupku nantinya
Kembali lagi aku membahas tentang rasa, saat
ini kalender di Laptopku menunjukkan tanggal 12/07/2015 yah masih berada dalam
bulan Ramadhan dan dalam libur panjang yang disediakan oleh sekolahku. Aku
mengenal sesosok orang yang jauh yang diukur dari jarak antara kami, namanya
Bagoes. Aku mengenalnya lewat media sosial tepatnya di BBM, aku juga kurang
pasti kapan tepatnya kau mengenal sosok dirinya tapi yang benar-benar dapat ku
pastikan sekarang adalah dia bisa membuatku merasa nyaman saat “berbicara”
dengannya meski hanya lewat layar benda kecil itu. Lucunya, saat ini aku
berharap dialah yang terakhir menjadi pelabuhan untuk hati ini bersandar walau
aku mengenalnya hanya sekitar sebulanan lebih tapi aku merasakan ada yang beda
pada dirinya ataukah hanya perasaanku saja tapi semoga bukan hanya sebuah
perasaan yang hadirnya hanya sebentar. Kelihatannya memang agak mustahil untuk
aku terus pertahankan rasa ini jika kami dihalangi dengan jarak yang jauh
seperti ini, aku sendiri berada di pulau Sulawesi dan dia nan jauh di pulau Jawa
sana.
Tapi secara tiba-tiba saja ada
hal yang menganggu perasaanku padanya, suatu pertanyaan untuknya “apakah dia
akan menerima bagaimana aku di masa laluku itu?”, hanya Allah dan dialah yang
tau akan jawaban untuk pertanyaanku itu. Aku juga tak ingin terlalu hanyut
dengan perasaan yang ada untuknya ini, karena aku tak mau merasakan kecewa yang
terlalu dalam lagi, aku hanya bisa berdoa untuknya dari kejauhan yang ada
semoga dialah pemilik tulang rusuk ini, aku rasa tak salah jika aku meletakkan
sedikit harapan atas dirinya. Baru saja semalam dia mengetahui bahwa ternyata
dialah orang istimewa yang selalu kulantunkan namanya di dalam doa-doaku, aku
sebenarnya tak yakin dia memiliki perasaan yang sama dengan diriku tapi aku
yakini bahwa Allah itu maha berkuasa atas hidup hamba-hamba-NYA. Aku takut
menyatakan rasaku padanya, selain malu aku juga takut tercipta jarak antara
kami nantinya tapi akhirnya dia tau bahwa dialah orang istimewa yang selalu
kusebut dalam doaku. Sampai hari ini, komunikasiku dengannya masih baik-baik
saja dan semoga akan berlangsung sampai kami dapat bertemu suatu hari nanti.
Komentar
Posting Komentar